SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL DAN KURIKULUM DALAM PERSPEKTIF FILSAFAT ANTROPOLOGI

Hipolitus Kristoforus Kewuel
  Erudio, Vol 2, No 2 (2014),  pp. 49-59  

Abstract

Pendidikan di negeri ini hampir selalu menjadi perbincangan tanpa kata sepakat. Selalu saja ada sisi yang tertinggal bahkan terlupakan pada setiap pembicaraan tentangnya. Sistem pendidikan Nasional dan Kurikulum adalah dua bentuk upaya formal tata kelola pemerintahan yang idealnya diharapkan mampu melahirkan generasi manusia Indonesia yang berwawasan Pancasila dan berkharakter Bhineka Tunggal Ika. Tulisan ini tidak dimaksudkan untuk menganalisis benang ruwet pendidikan saat ini, tetapi lebih dimaksudkan untuk memberi sumbangan pemikiran dari kaca mata filsafat antropologi dengan asumsi bahwa melalui sistem pendidikan nasional dan kurikulum, aktivitas pendidikan harus dimulai dari dan diproses terus menerus dalam pemahaman yang benar tentang siapakah makhluk manusia itu dan bagaimana seharusnya ia didekati melalui aktivitas pendidikan. Pertama-tama, manusia harus didekati sebagai makhluk hidup yang memiliki kharakter khas yang berbeda satu dari yang lain dengan kompleksitas afektivitas yang beragam ditambah faktor budaya dan sejarah hidup masing-masing pribadi yang berbeda-beda pula. Kedua, manusia harus didekati sebagai makhluk berpikir yang mengerti, memiliki pengetahuan, dan mampu berbicara mengungkapkan pengetahuan itu sebagai hasil olah pikir yang terus berproses dalam hidupnya dari saat ke saat. Ketiga, manusia harus didekati sebagai makhluk yang memiliki kebebasan dalam menjalani hidupnya sendiri sekaligus sebagai tanda bahwa masing-masing manusia itu unik dan khas. Singkatnya, tulisan ini mau menegaskan bahwa sistem pendidikan nasional dan kurikulum harus juga selalu mempertimbangkan sisi filsafat antropologi sebagai dasar dan patokan dalam setiap program pengembangannya. 

Full Text:

Unduh Artikel

References


Bergson, Henry, 1977. Creative Evolution (terjemahan Arthur Mitchell dengan kata pengantar oleh Irwin Edman), Greenwood & Press, Publishers Westport: Conecticut.

Bruner, Jerome S., 1996. The Culture of Education, Harvard University Press: Cambridge, Massachusetts

Cushman, K., “Less is More: The Secret of Being Essential’, Horace, 11, 1, 1994

Darling-Hammond, “Reframing the School Reform Agenda: Developing the Capacity for School Transformation” Phi Delta Kappan, June, 1993, p. 754

Freire, Paulo, 1982. Pedagogy of the Oppressed, Harmondsworth: Peguin

Habermas, Jurgen, 1984. The Theory of Communicative Action.Volume One: Reason and the Rationalization of Society (terjemahan T. McCarthy, Boston: Beacon Press.

Leahy, Louis, 1989. Manusia, Sebuah Misteri, Gramedia: Jakarta

Neil, Sutherland, Alexander, 1968. Summerhill, Penguin Books: Harmondsworth

Postman, Neil, 1985. Amusing Ourselfes to Death, Public Discourse in the Age of Show Business, Penguin: New York

Roger, Carl, 1983. Freedom to Learn for the 80’s, Charles Merril: Colombus

Saksono, Ign, Gatut, 2008. Pendidikan yang Memerdekakan Siswa, Rumah Belajar Yabinkas: Yogyakarta

Sizer, Theodore, R., 1996. Horace’s Hope: What Works for the American High School, Boston, Massachusetts: Houghton Mifflin

Skinner, Burrhus Frederic, 1968. The Technology of Teaching, Appleton-Century-Crofts: New York

Sudiardja, SJ, A., Dkk. (Penyunting), 2006. Karya Lengkap Driyarkara: Esai-esai Filsafat Pemikir yang Terlibat Penuh dalam Perjuangan Bangsanya, Gramedia: Jakarta.


Refbacks

  • There are currently no refbacks.


Copyright (c) 2019 Erudio Journal of Educational Innovation

Creative Commons License
This work is licensed under a Creative Commons Attribution 4.0 International License.